Sunday, September 18, 2005

Cerita Tentang Dia

Pagi itu seseorang datang ke rumahku.
„Assalamu’alaykum. Dimas, ayo ikut gue ke Gramedia“
„Hah! Lo nggak bilang-bilang gue dulu! Gue kan belum mandi!“
„Udah nggak usah mandi deh“
„Enak aja. Nanti siang kan shalat Jumat!“
„Cuci muka aja“
„Kan kemarin gue bilang, kalau hari ini jadi pergi, satu jam sebelumnya lo harus telepon gue biar gue bisa siap-siap!“
„Apaan, lo nggak bilang begitu!“
Doch! Jelas-jelas kemarin gue bilang! Lo nya aja yang...“

Adu mulut, rutinitas kami setiap saat bertemu. Dia baru satu minggu di Jakarta, tapi kami sudah yang kesekian kali beradu mulut. Ini tatap muka yang kedua, yang terakhir di stasiun Zoologischer Garten saat dia mengantar kepulanganku satu setengah bulan yang lalu. Dia masih sama. Suka berkomentar dan suka nyeloteh yang lucu-lucu.

Contoh komentar-komentarnya:
Bertempat di Gramedia Matraman, sebuah rak buku bacaan novel remaja dipenuhi oleh anak-anak berseragam SMA. Rata-rata anak cewek. Pakai rok panjang abu-abu, baju lengan panjang putih yang digulung sampai siku, dan kerudung yang sudah menjuntai di bahu. Hari itu hari Jumat, seluruh sekolah di Jakarta mewajibkan siswa-siswinya mengenakan busana sekolah muslim-muslimah. Jumlah mereka banyak. Berjejer memblokir jalanan di depan rak buku sambil asik sendiri membolak-balik tiap lembar novel yang ada di tangannya. Mereka nggak memperdulikan orang lain yang ingin mencari atau mengambil buku yang ada di rak di depan mereka. Kalau kita bilang permisi, pasti mereka menggeser posisi dengan wajah yang manyun atau decakan kesal. Serasa Gramedia milik mereka deh. Jadi serba salah.

Aku sudah tahu, dia sebal banget melihat kelakuan anak-anak SMA itu.
„Tahu nggak, Mas. Dari tadi bau apa yang gue cium?“
„Apa?“
„Bau cologne-nya anak-anak SMA“
Tahukan bau cologne anak-anak SMA? Ya gitu deh, wangi-wangi segar tapi telah terkontaminasi dengan aroma keringat tubuh.

***

„Aduh, Mas. Kacamata lo itu loh, frame-nya extrem banget!“ kata dia di dalam mobil. Sekarang giliran kacamataku yang terkena komentar.
Padahal, kacamataku biasa aja kok. Ini kacamata kompakan sekeluarga. Kacamata ayah dan ibuku juga framenya seperti ini. Warnanya hitam, dan bingkai sampingnya setebal satu centi. Kata kakakku malah kacamata seperti ini sudah nggak jaman.
„Semenjak lo di Jakarta, Mas, gaya lo berubah banget deh. Gue rasa orang-orang Berlin bakalan syok ngeliat gaya lo yang baru!“ komentarnya lagi.
Padahal nggak banyak perubahan kok. Cuma rambut yang sudah tidak lagi cepak botak, melainkan agak panjang dan dibelah pinggir, dan kadang-kadang suka memakai gelang karet warna-warni di lengan yang sekarang lagi in di kota ini.
„Elo tahu pria metroseksual, Mas? Yang kayak di postingannya Mbak Amel?“ tanyanya. „Ya kayak lo gitu tuh“ lanjutnya.
„Enak aja!“ balasku.

***

Ketika masih di Gramedia, kami mencari sebuah buku karangan penulis favorit kami, Helvy Tiana Rosa. Sebut saja buku itu berjudul ‚Ketika Mbak Ayu Pulang’. Kami mencari di komputer pencari buku, dan di situ tertulis bahwa buku itu tinggal satu-satunya. Lantas kami bertanya pada seorang petugas mengenai letak dan keberadaan buku itu. Tapi rupanya si petugas tidak tahu di mana buku itu berada dan bertanya pada seorang rekannya yang berjarak hanya dua meter dari dirinya dengan suara yang lantang dan keras.
„Eh, buku ‚Ketika Mbak Ayu Pulang’ di mana, ya??“
Kontan beberapa kelompok pengunjung yang ada di situ – yang kami yakini tahu atau pernah membaca buku itu – segera menoleh ke arah kami sambil tersenyum-senyum. Kami pura-pura nggak tahu dan pergi menjauhi si petugas.

„Aduh! Teriak dia, Jo! Nggak pake toa sekalian, Pak? Biar segedung ini dengar semua?“ komentarnya.

***

Yang terakhir ketika kami di warnet.
„Mas, baca deh testimonial gue dari Farah (20, Mahasiswi UI, bukan nama sebenarnya)“.
Aku membacanya lalu langsung cekikikan sendiri karena testimonialnya lucu. Ada kata mahligai-lah, suamiku-lah, meninggalkanku-lah, pangeranku-lah, pokoknya kata-kata seperti itu deh.
„Mana sebelumnya baru aja si Monik (20, bukan nama sebenarnya) ngasih testimonial yang isinya nggak jauh beda kayak gini. Bisa disangka apa gue? Disangka cowok buaya gue sama orang-orang“.
Tawaku langsung meledak-ledak.

***

Itulah dia. Sabtu kemarin adalah pertemuan terakhir kami. Semestinya sih Jumat kemarin pertemuan terakhirnya, soalnya hari sabtu pagi dia bilang akan pergi ke Anyer. Tapi ternyata dia membatalkan kepergiannya ke sana. Aku yakin, itu pasti karena Morning Sick. Itu lho, sakit yang hanya datang di pagi hari karena rasa kantuk yang menstimulasi saraf-saraf di tubuh dan mendorong kerja kelenjar untuk tidak melakukan aktivitas lain saat itu selain tidur.

Bagaimanapun, kami akan bertemu lagi lebaran nanti.
„Maaf lahir batin ya“ ucapku sambil mengulurkan tangan dari luar kaca jendela saat ia mengantarku pulang sampai di depan rumah.
„Sama-sama, Mas“ balasnya sambil tersenyum. „Sukses ya“ lanjutnya. Setelah dia berkata, ia tidak segera pergi. Ia masih termenung di dalam mobilnya.
„Kenapa?“tanyaku. Aku tahu, sisi melankolisnya sedang keluar membuncah saat itu.
„Gue takut, Mas. Nanti di Darmstadt gue kesepian nggak ya?“
„Nggak lah! Di sana kan banyak mahasiswa Indonesia juga, walau nggak sebanyak di Berlin. Baik-baik lagi! Nggak bakal kesepian deh“ jawabku. „Nanti lebaran main ke Berlin ya!“
„Insya Allah, ya. Kalau ada duit dan waktu, gue bakal main ke Berlin“ sahutnya. Namun ia masih tetap termenung di dalam mobil itu.
„Kenapa lagi? Mestinya kan lo seneng nggak ada yang ngerjain lo lagi di sana. Lo nggak nyesel kan dengan keputusan lo meninggalkan Berlin untuk kuliah di Darmstadt?“
„Nggak. Insya Allah, nggak nyesel“ kata dia mantap setelah sekian detik terbisu. Lalu ia mengucapkan salam dan pergi.

Ingat nggak, waktu sebelum kita berangkat ke Jerman dulu, kita sering berkirim e-mail dengan seorang kakak. Dalam salah satu e-mailnya ia berkata: EVERYTHING YOU CHOOSE, CONSEQUENCY IS A MUST. Jadi, selamat jalan dan selamat menjalankan keputusan, ya!

Jakarta, 18 September 2005
Mushab Syuhada

Daftar istilah:
Doch: Kata pertentangan atau penegasan dalam bahasa Jerman. Bila statement yang dikeluarkan negatif, padahal dalam realitas positif, barulah kata ini dikeluarkan (terjemahan bebas). Kata ini banyak diucapkan oleh masyarakat Indonesia di Jerman.
Zoologischer Garten: Artinya Kebun Binatang. Zoologischer Garten adalah stasiun kereta terbesar di Berlin, mencakup U-Bahn, S-Bahn, Fernzug, sampai ICE. Ketika penyelenggaraan piala dunia tahun 2006 nanti, stasiun ini akan ditutup untuk perjalanan ke luar kota dan akan dipindahkan ke stasiun yang lebih besar lagi – Berlin Hauptbahnhof Lehrter Bahnhof.
Manyun: Cemberut.
Cologne: Kolonyo. Biasa disebut eau de cologne, sejenis cairan mirip parfum dengan wangi yang menyegarkan dan juga terasa segar di kulit. Sesuai namanya, cologne dibuat pertama kali di Jerman, tepatnya di kota Köln (bahasa inggris: kota Cologne).
Frame: Bingkai.
Gelang karet warna-warni: Banyak dipakai di kalangan anak muda. Ada yang bilang sebagai gelang persahabatan. Ada yang bilang hasil penjualan gelang ini akan dipakai untuk kegiatan sosial seperti peduli jantung, peduli AIDS, peduli narkoba, dsb. Pada gelang tersebut tertulis kata-kata seperti ‚Truth’, ‚Best Friend’, ‚Love’, ‚I Feel Lucky’, dsb. (Mohon dikoreksi bila salah).
Pria Metroseksual: lihat ini.
Toa: Alat pengeras suara.
Warnet: Warung Internet
Testimonial: Dalam bahasa Inggris berarti sebuah tulisan rekomendasi yang dapat menggambarkan kualitas sesuatu atau seseorang. Demam Friendster di Indonesia membuat berbagai kalangan mengenal istilah ini dan dijadikan ajang untuk menceritakan seseorang (siapa dia, bagaimana dia, pengalaman apa saja dengan dia, dsb).
Morning Sick: Sakit di pagi hari.
Buncah, membuncah: Meledak-ledak, bergelora, kacau, rusuh, hati, keruh, bingung.
Darmstadt: Sebuah kota pelajar di sebelah barat Jerman, tepatnya di negara bagian Hessen, tidak jauh dari Frankfurt.

5 comments:

Anonymous said...

Staffer talks trash about S.W. Virginia
If you are working for a political candidate but don't much like where you're doing it, it's probably still not a good idea to post your negative views for everyone to see on the Internet.
Hi, I was just blog surfing and found you! What if I said that I have certain software that spys on you and I know every move you make! Sorry for the scare, but it happens to thousands yearly. What you don't know can really hurt you. Please review this public notice.
piracy

Just looking to help one person at a time.

-Dustin

Anonymous said...

waah..ntar bawa ke Berlin ya mas novel2nya...btw, harry potter versi indo udah keluar blom sih..??- elly -

Anonymous said...

Waktu terakhir ke gramed sih masih harry potter dengan bahasa inggris... kayaknya belum muncul deh ly, soalnya kalau muncul kan pasti beritanya muncul di tivi-tivi...

Anonymous said...

Belahan jiwa?? Nggak banget dehhh... udah gitu gak mungkin lah tiap minggu naik WET... bisa bangkrut...

Mas Rahmat, aku kayaknya gak sempet lagi ke toko buku, tapi ada seseorang yang nitip buku petir itu juga, dan itu udah aku beli... kalo mau bilang sama orang itu supaya bukunya bisa dipinjam

danu said...

bagus lho...
tapi agak kaku...literatur bahasanya juga bagus...
kpn mampir ke MP ku ya.
tapi masi nuansa pemilu...jadi agak ricuh :)
http://pandakeadilan.multiply.com/