Selepas shalat di malam ini, aku melihat seekor kupu-kupu putih mampir masuk ke dalam kamar. Seketika gue mengeluh, aduh, ada kupu-kupu, harus segera diusir nih! ini pasti gara-gara jendela kamar yang dibuka sehingga kupu-kupu itu dapat masuk ke dalam kamar. Namun seketika juga aku meralat keluhanku. Sang kupu-kupu itu terbang merendah dan diam di atas karpet biru kamarku. Diam tak bergeming, seolah enggan untuk kembali terbang serta enggan untuk berpisah denganku. Aku berpikir, selama di Jerman ini mungkin baru kali ini aku melihat kupu-kupu. Ia datang di tengah malam begini, di ketinggian empat lantai pula. Ketika aku tersadar dari berpikirku, tak lagi aku temukan kupu-kupu itu di sana.
Sang kupu-kupu, mungkin ingin menjengukku dan mengucapkan selamat jalan untukku. Subhanallah, hatiku bergetar, sampai seekor kupu-kupu ingin menemaniku di saat terakhirku di sini. Saat terkhir dengan teman-temanku, yang mungkin ketika aku kembali lagi ke sini tak aku jumpai lagi wajah mereka. Sang kupu-kupu hadir seperti mengunjungi hatiku yang sedang berbunga-bunga atas nikmat Allah yang Ia berikan kepadaku di hari ini: Aku diterima di TUHH.
Sang kupu-kupu yang tiba-tiba hilang itu adalah salah satu dari makhluk Allah yang diizinkan oleh-Nya menjengukku, memikirkanku, menganggap diriku spesial. Tidak hanya diriku, tapi every single person is special. Kali ini, mungkin ada beberapa orang yang sedang memikirkan diriku, mendoakan aku, atau mengkhawatirkan diriku. Betapa spesialnya diriku, padahal aku hanya satu makhluk kecil di antara ribuan manusia yang ada di duniaku. Dan juga tidak hanya aku, si ribuan manusia itu masing-masing memiliki ke-spesial-an juga di mata ribuan manusia lain. Mahasuci Allah.
Bila kita lihat tubuh kita, ribuan sel sedang aktif bergerak, berkerja tanpa mengenal lelah, untuk menyokong tubuhku. Ribuan sel! dan mereka tidak bekerja degan mudah, melainkan dengan sangat amat rumit di mana belum ada teknologi tercanggih saat ini yang mampu menandingi kerumitannya. Kita pun juga dipikirkan serta dikhawatirkan oleh sang sel. Mahasuci Allah.
Dan lihatlah hidup kita, hari ke hari, detik ke detik, apalagi kalau bukan limpahan rizki dan nikmat dari Allah. Padahal pada detik itu justru kita bermaksiat pada-Nya. Namun Allah tetap memberikan limpahan nikmat-Nya. Terus, terus, dan terus. Astagfirullah al'adziim.
Memang hanya syukur yang kita butuhkan. Mari kita sama-sama memperbaharui hidup kita dengan syukur. Syukur is all you need!
-dan adzan subuh dari komputerku pun berbunyi. adzan subuh terakhir, yang dapat membuat aku merinding sambil mengingat-Mu ya Allah... Maafkan aku ya Allah... Maafkan aku...-
1 comment:
"Saat terkhir dengan teman-temanku, yang mungkin ketika aku kembali lagi ke sini tak aku jumpai lagi wajah mereka"..
Iya nih, aduh mas, gue juga jadi bingung nih, apakah gue bener2 harus ninggalin Berlin ya?, abis pindahan, gue juga harus balik ke jakarta!!
Kalo emang begitu, berarti, tadi (di Bahnhof) adalah waktu terakhir kita ketemu, setidaknya untuk satu semester terakhir ...
Doáin gue ya! supaya tidak gegabah dan menemukan pilihan yang terbaik :)
Post a Comment