Setiap detik adalah makna, setiap masa adalah rasa, sulit membayangkan bahwa manusia tidaklah istimewa, perjalanan kita, dalam arus debu aksara - Dimas Abdirama
Friday, December 31, 2010
The Winter Backpackers
Singkat cerita, saya, Karimi dan Asroi memulai ekspedisi musim dingin kami. Karimi punya permintaan untuk mengunjungi kota Penzberg. Pasalnya, di sana terdapat sebuah masjd yang berdiri megah di kaki pegunungan Alpen. Dulu dia pernah dikirimi sebuah koran yang di dalamnya terdapat artikel tentang masjid tersebut. Judulnya "Masjid Penzberg dan Eksistensi Islam di Jerman" (Republika, 31 Oktober 2008). Koran tersebut pernah ia pajang, dan ia bertekad suatu hari dapat mengunjungi masjid itu.
Sunday, December 19, 2010
Cerita Pilihan Pekan Ini
Ketika aku sedang berkumpul dengan kolega-kolega kerja pada sore itu, sekotak cokelat dibagi-bagikan sebagai hadiah natal dari divisi lain. Aku mengambil sebuah cokelat putih berbentuk kerang, spontan salah seorang kolega kerjaku berteriak.
"Dimas! Di cokelat itu ada alkoholnya!" lantas ia merebut kotak cokelat itu dan segera melihat bahan bakunya di bungkus belakang.
"Tuh kan benar! Ada liquor-nya!" katanya keras-keras. Aku kagum sekali pada L, teman Jerman saya yang nonmuslim itu malah yang paling panik melihat aku memegang cokelat yang mengandung alkohol. Di setiap acara apa pun, dia yang terdepan memberi tahuku isi kandungan di setiap makanan yang disajikan. "Di situ ada salaminya, ini ada dagingnya," dan lain-lain.
"Duh ada alkoholnya, ya?" kataku kikuk. "Buat kamu mau nggak?" tanyaku lagi.
"Aku juga tidak minum alkohol," jawabnya. Aku sangat malu menawari dia sesuatu yang untukku haram hukumnya, apalagi dia juga tidak minum alkohol. Aku menyesal telah mengambil cokelat itu. Aku menyesal malah menawari dia. Aku menyesal, dan aku buang cokelat putih berbentuk kerang itu ke tempat sampah.
Friday, December 17, 2010
Antara Ibu dan Jarak Dunia
Selepas beraktivitas di masjid seharian, saya beranjak pulang. Sebenarnya saya ingin tidur lebih cepat supaya besok bisa bangun pukul 5:00 dan bisa menuju masjid untuk salat subuh. Nyatanya saya membuat segelas susu dan bersantai-santai sebelum beranjak tidur.
Singkat cerita, saya membuka YouTube, mendengarkan lagu soleram (yang menjadi lagu kesukaan saya beberapa waktu terakhir ini), dan menjelajah Facebook. Saya tertarik membuka profile seorang ibu dari teman saya, Deva Mandela. Setelah melihat-lihat beberapa foto, saya menuju ke album profile picture-nya. Di sana banyak sekali tertampang foto-foto Deva, baik yang masih bayi, balita, sampai yang sekarang. Sepertinya sang ibu sangat menyayangi anaknya yang satu itu, walau saya yakin, sang ibu juga menyayangi anak-anaknya yang lain.
Thursday, December 09, 2010
Soy una Raya en el Mar
Soy una Raya en el Mar
“Canopus!” Teriaknya. “Tunggu aku!”
Absurd. Langit ketika itu berwarna ungu. Capella menjerit-jerit sambil berlari mengejar kereta yang semakin melaju cepat meninggalkan peron di stasiun itu. Hilang. Kereta sudah terlampau jauh berjalan. Capella tidak terlihat lagi di kaca jendela. Namun jika Canopus terpejam, ia bisa melihat gadis itu sedang merunduk memecahkan tangis yang luar biasa hebat, meraung-raung. Absurd, dilihatnya kali ini langit berwarna hijau. Olarin menembus bayangan ruang dan waktu, menyapanya pada titik bisu.
“Bisakah kau menjawabku?” cecarnya. “Sekarang juga, Canopus, aku sudah tak tahan!”
Monday, December 06, 2010
Nguping Berlin
1. Menurut loe kelakuan loe plus?
Cewek #1: Eh dingin gila, suhunya minus! Kayak kelakuanlo...
Cewek #2: ...
Didengar oleh cewek #3 yang mendadak nggak mau temenan lagi sama cewek #1
2. Bukan... Tapi salah cewek-cewek yang ngejer-ngejer loe!
Cowok: Terus, ini semua salah gue? Salah muka tampan gue?
Cewek: ...
Ketika kantin sabtu, didengar oleh seorang cowok yang langsung kehilangan nafsu makan
Thursday, December 02, 2010
Di Kala Salju Turun
Tuan mempersiapkan ruangan tempat Tuan akan menghabiskan sore. Menggeser sofa kecil Tuan agar berhadapan dengan jendela dan menyelimutinya dengan selimut tebal yang lembut. Tuan juga tidak lupa meletakkan bantal-bantal kecil dan secangkir coklat panas di meja pada sisi samping sofa Tuan.
Udara dingin bisa merasuki ruangan Tuan, maka Tuan membakar seikat kayu di perapian yang hangatnya menjalar ke seluruh ruangan. Tak lupa Tuan mengenakan kaus kaki tebal dan baju yang bisa menahan panas untuk tidak keluar dari tubuh Tuan. Kelabu di luar ikut menggelapkan ruangan, tapi Tuan tidak perlu menyalakan lampu-lampu, cukup bara-bara api di perapian sudah memberikan sebilas warna-warna merah jingga yang halus di hitam yang semakin pekat.