Aku tak akan pernah lupa saat tahun lalu aku melihat wajahmu kembali setelah tiga tahun tak bertemu. Ada banyak perubahan, terlalu banyak malah, yang menyadarkanku bahwa waktu memang terus berputar dan aku semakin tua.
Aku tak akan pernah lupa saat kemarin aku melihat lagi wajahmu. Siang itu, selepas salat zuhur, aku menuruni anak tangga dan melihatmu di sana. Kau tampak sangat berbahagia dengan kehadiranku, serta langsung memelukku, dekap sekali, hangat sekali dan kau tidak kunjung melepaskannya. Tiba-tiba aku sadar, bahwa ada rasa seperti ketika aku kecil dulu...
Dulu, aku adalah anak yang manja dan cengeng. Aku masih ingat setiap kali aku menginginkan sesuatu, aku merengek sambil memeluki kakimu. Aku masih ingat setiap kakakku mengganggu, aku mengadunya kepadamu sambil memeluki kakimu, menangis sampai kamu menggendongku dan membuatku tertawa kembali...
Aku masih ingat cerita Sangkuriang, cerita si Amri yang punya bibi rusa dan tinggal di atas gunung, yang gemar kau ceritakan kepadaku...
Aku masih ingat semua pengorbananmu, untuk menjadikan aku menjadi aku...
Dan aku hanya bisa terpaku dalam pelukanmu, bukan karena tidak tahu, justru karena aku sangat tahu sehingga aku memilih membisu. Aku ingin dekapan itu tidak cepat berlalu...
Sabar -- hanya itu yang bisa aku bisikkan. Pah, aku ingin membuatmu bangga. Pah, sungguh, aku hanya ingin membuatmu bangga. Senyummu dan senyum mama adalah segalanya. Walau aku seorang yang banyak kekurangan, aku ingin yang sedikit dariku bisa membuat kau bangga. Pah, aku rindu padamu, sangat rindu, semoga kita bisa segera kembali bertemu...
1 comment:
likeeeee this! :)
your father already proud of you bang!
Post a Comment