Saturday, January 21, 2006

Memberi

Kategori: Curhat

Saya adalah orang yang suka membuat The Best Scene of The Day. The Best Scene of The Day adalah suatu peristiwa di suatu hari yang sangat berkesan dan menyenangkan untuk dikenang. Peristiwa itu bisa menggembirakan, menyebalkan, menyedihkan, ataupun mengharukan. Intinya, peristiwa yang menjadi tema untuk saya di hari itu.

The Best Scene of The Day kali ini terjadi tepat jam tujuh sore. Kala itu saya sedang berkutat dengan soal-soal ekonomi di depan meja. Tiba-tiba muncul sebuah pesan lewat Yahoo! Messenger dari penghuni apartemen 805 dengan bunyi seperti ini:

Teman (21.01.2006 18:47:06): ass.
Teman (21.01.2006 18:47:15): ini wawan mas
Myself (21.01.2006 18:47:35): wa'alaikumsalam wr wb
Myself (21.01.2006 18:47:37): ja bitte (bahasa: ya, silahkan)
Teman (21.01.2006 18:47:49): boleh minta nasi ngga
Myself (21.01.2006 18:47:56): nasi?
Teman (21.01.2006 18:47:57): eh slh
Teman (21.01.2006 18:48:00): beras
Myself (21.01.2006 18:48:05): boleh
Myself (21.01.2006 18:48:07): datang aja,

Teman (21.01.2006 18:48:09): lp beli
Myself (21.01.2006 18:48:12): tapi timggal sedikit
Myself (21.01.2006 18:48:13): gpp kan?

Teman (21.01.2006 18:48:16): byk kontingen dtg
Myself (21.01.2006 18:48:27): wah kalau banyak kontingen gak mungkin cukup
Teman (21.01.2006 18:48:30): ajay minyta sambel
Myself (21.01.2006 18:48:30): atau mau beras?
Teman (21.01.2006 18:48:34): ngidam
Myself (21.01.2006 18:48:39): sambel apa nih?
Myself (21.01.2006 18:48:45): sambel botolan or ulek?
Teman (21.01.2006 18:49:08): sambel botol kalo ada
Myself (21.01.2006 18:49:11): ada
Myself (21.01.2006 18:49:13): datang aja

Myself (21.01.2006 18:49:27): tapi wie gesagt (colloquial speech, bahasa: jujur), nasinya tinggal dikit, blom masak, kalau mau beras boleh

Teman (21.01.2006 18:49:34): okay
Teman (21.01.2006 18:49:42): beras aja kok
Teman (21.01.2006 18:49:50): sori banget ngerepotin kata ajay
Teman (21.01.2006 18:50:03): ok siip
Teman (21.01.2006 18:50:12): pasukan siap meluncur

Beberapa saat mereka datang. Dan mengambil beras, yang ternyata juga sudah tinggal sedikit. Saya tahu mereka ada empat orang di sana. Nasi dua gelas pun sepertinya tidak akan cukup untuk mereka. Masalahnya, hari ini hari Sabtu, dan besok Minggu. Hari Minggu semua toko tutup sehingga kita tidak mungkin bisa membeli beras.

Setelah mereka kembali ke tempatnya, saya pun menulis pesan kembali lewat Yahoo! Messenger

Myself (21.01.2006 18:59:00): hari minggu gak usah masak
Myself (21.01.2006 18:59:08): makan siang bareng aja di rumah ferry

Myself (21.01.2006 18:59:11): gue yang masak

Myself (21.01.2006 18:59:19): besok gue masak cumi ama perkedel tahu

Myself (21.01.2006 18:59:22): jam 2 siang yah

Teman (21.01.2006 18:59:24): waks
Teman (21.01.2006 18:59:29): Asiiiikk
Myself (21.01.2006 18:59:30): jadi nasinya buat makan malam aja besok
Teman (21.01.2006 18:59:33): Insya allah dateng
Myself (21.01.2006 18:59:49): yuti... oki doki (colloquial speech. Bahasa: baik... ok)
Teman (21.01.2006 18:59:50): jam 2 di rmh ferry
Myself (21.01.2006 18:59:58): yap, aber ohne (Bahasa: tapi tanpa) telat yak
Teman (21.01.2006 19:00:03): ngOKeh

Tidak sampai lima menit kemudian, bel apartemen pun kembali berbunyi. Aku tidak menduga kalau yang datang salah satu dari mereka, yaitu Wawan, yang kali ini membawa semangkuk sup ayam hangat dengan penataan yang indah (lihat foto di bawah ini).




Saya (terbengong-bengong): „Apa ini?“
Wawan: „Udah, makan aja! Dari pada makan nasi goreng“
Saya (dalam hati): Wah mereka melihat menu saya hari ini (nasi goreng) yang terletak di atas kompor, dan mereka sekarang menawarkan sesuatu yang lebih spesial.
Wawan: „Yaudah yah. Dimakan loh“
Saya (dalam hati): This is the best scene of the day, saya terharu. Benar-benar terharu.

Saling memberi. Mungkin sepele, namun dapat membawa nilai rasa yang besar dalam hati dan juga dapat melunakkan hati. Salah satu fiquh dakwah pun adalah dengan saling memberi, yang dengan demikian membuat kita terasa ‚ada’ dan ‚keberadaan’ kita diperhatikan serta dihargai oleh orang lain. Jika kalian sempat membaca novel Ayat-Ayat Cinta karangan Habiburrahman El-Shirazy, ada satu peristiwa ketika Fahri memberikan hadiah ulang tahun kepada tetangganya - Madame Nahed dan Yousef, yang dengannya menjadikan hubungan antara Fahri dan keluarga Boutros semakin erat.

Memberi pun tidak harus berupa barang atau uang, bisa juga dengan senyuman atau tenaga. Sudah baca tulisan ini? Dari situ jelas terlihat, bahwa memberi benar-benar ampuh untuk melunakkan hati seseorang.

3 comments:

Anonymous said...

Sup ayamnya enak lho! makasih yah Ajay, Wawan, Samy, dan Gusti. Kapan-kapan boleh dapet kiriman lagi dong... hehehe

amel said...

huhuw.. Dimas. Kamu rajin ya, tiap hari ada scene of the day, hihi, tiap hari kontemplasi deh.

Gue juga punya yg kayak gitu2, tapi berhubung gue lebih males merenung, jadi versi gue tuh, setiap tahun, ada yg gue nobatkan sbg 5 menit yg paling merubah hidup gue, hihi...

Btw. Foto baru? Hm... makin gemuk.. ckck... sudah cukup kakakmu di sini punya masalah berat badan Dik, ckckck... mentang2 adik gue, biar mirip, jadi kita sama2 gemuk ya Dims. :D

Anonymous said...

Masa sih mbak amel?? jadi tambah gendut?? uhuhuhuhu... iya dong, kakak-adik kan harus selalu kompak selalu...