Ketika Cerita Bercerita
Setiap detik adalah makna, setiap masa adalah rasa, sulit membayangkan bahwa manusia tidaklah istimewa, perjalanan kita, dalam arus debu aksara - Dimas Abdirama
Friday, May 16, 2014
Conocer o manquer
Dalam segelas Cappuccino, dingin kopi dan krim bersatu, dua rasa yang tak serupa memberi tautan harmoni dalam setiap tetesan yang diteguk.
Setiap au revoir membekaskan basah yang sebenarnya ingin ia sembunyikan. Tapi tak mudah kuasa ia membiarkan basah itu membulir di pelupuk mata.
Aku ingin selalu menjadi kekasih yang kau rindu. Tempatmu berbagi cerita di pinggir meja makan, atau menjelang tidur di atas hamparan sajadah.
Setiap kabut bergumul dengan asap, aku selalu meleleh, menahan cinta yang berdegup, tak ingin berpisah di taman kenangan. Melihatmu berjalan pulang, bertolak ke belakang, melambaikan tangan dan senyum itu.. senyum yang melekat lekang di ingatan. Bersatu bersama episodemu berada di sampingku, mengokohkanku dengan segala tulusmu.
Conocerlo...
Bruxelles, 2014.
Friday, January 31, 2014
A Decade of History
Monday, September 09, 2013
The Artists
Thursday, February 07, 2013
From Bangkok to The Moon
"Paris is always Paris but Berlin is never Berlin!" seperti itulah Jack Lang, mantan menteri kebudayaan Prancis, menyebut Berlin, sebuah kota yang dinamis, yang begitu cepat berubah dan melakukan perubahan. Perubahan-perbahan yang ditangkap dan direkam oleh sebuah tempat kecil di tengah kota ini, Masjid Al Falah, sebagai salah satu saksi sejarah betapa cepatnya Berlin berubah.
Sore itu di musim dingin. Sebuah pesan singkat mengunjungi Whatsapp-ku.
"Dimas, apa kabar? Hehe."
"Kabar baik, Meg! Lo gimana?"
"Mau tanya, temen gue ada yang mau tanya-tanya tentang Islam. Dia orang Thailand yang besar di Jerman. Dia minta diajak ke masjid. Mau tanya-tanya tentang Islam, mau diajarin shalat. Lo besok ada waktu gak?"
Monday, January 31, 2011
Hari Ini
Friday, December 31, 2010
The Winter Backpackers
Singkat cerita, saya, Karimi dan Asroi memulai ekspedisi musim dingin kami. Karimi punya permintaan untuk mengunjungi kota Penzberg. Pasalnya, di sana terdapat sebuah masjd yang berdiri megah di kaki pegunungan Alpen. Dulu dia pernah dikirimi sebuah koran yang di dalamnya terdapat artikel tentang masjid tersebut. Judulnya "Masjid Penzberg dan Eksistensi Islam di Jerman" (Republika, 31 Oktober 2008). Koran tersebut pernah ia pajang, dan ia bertekad suatu hari dapat mengunjungi masjid itu.
Sunday, December 19, 2010
Cerita Pilihan Pekan Ini
Ketika aku sedang berkumpul dengan kolega-kolega kerja pada sore itu, sekotak cokelat dibagi-bagikan sebagai hadiah natal dari divisi lain. Aku mengambil sebuah cokelat putih berbentuk kerang, spontan salah seorang kolega kerjaku berteriak.
"Dimas! Di cokelat itu ada alkoholnya!" lantas ia merebut kotak cokelat itu dan segera melihat bahan bakunya di bungkus belakang.
"Tuh kan benar! Ada liquor-nya!" katanya keras-keras. Aku kagum sekali pada L, teman Jerman saya yang nonmuslim itu malah yang paling panik melihat aku memegang cokelat yang mengandung alkohol. Di setiap acara apa pun, dia yang terdepan memberi tahuku isi kandungan di setiap makanan yang disajikan. "Di situ ada salaminya, ini ada dagingnya," dan lain-lain.
"Duh ada alkoholnya, ya?" kataku kikuk. "Buat kamu mau nggak?" tanyaku lagi.
"Aku juga tidak minum alkohol," jawabnya. Aku sangat malu menawari dia sesuatu yang untukku haram hukumnya, apalagi dia juga tidak minum alkohol. Aku menyesal telah mengambil cokelat itu. Aku menyesal malah menawari dia. Aku menyesal, dan aku buang cokelat putih berbentuk kerang itu ke tempat sampah.
Friday, December 17, 2010
Antara Ibu dan Jarak Dunia
Selepas beraktivitas di masjid seharian, saya beranjak pulang. Sebenarnya saya ingin tidur lebih cepat supaya besok bisa bangun pukul 5:00 dan bisa menuju masjid untuk salat subuh. Nyatanya saya membuat segelas susu dan bersantai-santai sebelum beranjak tidur.
Singkat cerita, saya membuka YouTube, mendengarkan lagu soleram (yang menjadi lagu kesukaan saya beberapa waktu terakhir ini), dan menjelajah Facebook. Saya tertarik membuka profile seorang ibu dari teman saya, Deva Mandela. Setelah melihat-lihat beberapa foto, saya menuju ke album profile picture-nya. Di sana banyak sekali tertampang foto-foto Deva, baik yang masih bayi, balita, sampai yang sekarang. Sepertinya sang ibu sangat menyayangi anaknya yang satu itu, walau saya yakin, sang ibu juga menyayangi anak-anaknya yang lain.
Thursday, December 09, 2010
Soy una Raya en el Mar
Soy una Raya en el Mar
“Canopus!” Teriaknya. “Tunggu aku!”
Absurd. Langit ketika itu berwarna ungu. Capella menjerit-jerit sambil berlari mengejar kereta yang semakin melaju cepat meninggalkan peron di stasiun itu. Hilang. Kereta sudah terlampau jauh berjalan. Capella tidak terlihat lagi di kaca jendela. Namun jika Canopus terpejam, ia bisa melihat gadis itu sedang merunduk memecahkan tangis yang luar biasa hebat, meraung-raung. Absurd, dilihatnya kali ini langit berwarna hijau. Olarin menembus bayangan ruang dan waktu, menyapanya pada titik bisu.
“Bisakah kau menjawabku?” cecarnya. “Sekarang juga, Canopus, aku sudah tak tahan!”
Monday, December 06, 2010
Nguping Berlin
1. Menurut loe kelakuan loe plus?
Cewek #1: Eh dingin gila, suhunya minus! Kayak kelakuanlo...
Cewek #2: ...
Didengar oleh cewek #3 yang mendadak nggak mau temenan lagi sama cewek #1
2. Bukan... Tapi salah cewek-cewek yang ngejer-ngejer loe!
Cowok: Terus, ini semua salah gue? Salah muka tampan gue?
Cewek: ...
Ketika kantin sabtu, didengar oleh seorang cowok yang langsung kehilangan nafsu makan