Monday, January 30, 2006

New Year's Resolutions

Kategori: Puisi

Sedikit putar balik
Dua tahun yang lalu
...
Jakarta, 31 Januari 2004
Sebilas bayangan senja
Tersenyum hangat sore itu
Sore kenangan
Akhir dari lembar lama
Awal dari resolusi pada lembar baru
Ayah, Bunda, restui kami pergi menuju
Apa yang kami cari
... dan pesawat pun tinggal landas
... beberapa orang menangis haru di Soekarno-Hatta

Dua tahun sudah
Telusur sebuah rahasia besar-Nya
Mengapa kami di sini
Adalah bagian dari skenario-Nya
...kini perlahan kami mengerti, mengapa Allah mempertemukan kami dengan takdir ini...
Di sini jauh lebih baik
Dan menemukan hidup yang benar-benar hidup

31 Januari 2006
Ketika langit dijatuhi meteor dua tahun lalu
Kini hijrah kami
Bertepatan 1427 tahun hijrahnya Rasulullah SAW
Hijrah, mencari arti hidup, dan kala Kau telah pertemukan kami dengan hidup itu
Hidup yang hakiki
Tetapkanlah selalu hati-hati kami

New year’s resolutions...
We wish we could...

Berlin 2006

Saturday, January 28, 2006

Fakultas Tiga

Kategori: Artikel

Selamat Datang di Technische Universität Berlin

Posting kali ini akan mengupas sedikit mengenai tempat di mana sebagian besar waktu saya dihabiskan, yaitu tak lain dan tak bukan adalah kampus saya – TU Berlin.

TU Berlin terletak persis di salah satu dari pusat kota Berlin, tepatnya di Ernst-Reuter-Platz wilayah Charlottenburg. Tempat ini dapat dengan mudah dijangkau memakai U-Bahn (subway) U2, atau dengan S-Bahn dan Bus dari Zoologischer Garten. Di Ernst-Reuter-Platz terdapat sebuah bundaran (seperti bundaran HI di Jakarta). Jadi bisa kalian bayangkan, kalau kampus saya itu terletak seolah-olah di sekitar Bundaran HI.





TU Berlin sempat runtuh ketika perang dunia kedua. Ternyata, banyak juga orang Indonesia yang menyelesaikan kuliahnya di TU Berlin. Contohnya, saya sempat meminjam sebuah tesis tentang biosurfaktan dari perpustakaan kampus yang ditulis oleh salah satu mahasiswa Indonesia di tahun 1968. Wow. Kata seorang teman (yang bersamanya saya banyak menghabiskan waktu di kampus tercinta ini) seorang penjaga gedung di sini sempat bertemu dengan mantan Presiden Soekarno yang pernah berkunjung ke sini.

Oke. Sekarang kita masuk ke tema. Kali ini saya ingin membahas tentang fakultas tempat saya belajar, yaitu Fakultät III: Prozesswissenschaften (Fakultas Ilmu Proses). Fakultät Prozesswissenschaften memiliki beberapa jurusan, seperti Energie- und Verfahrenstechnik (Teknik Energi dan Produksi), Prozess- und Anlagentechnik (Teknik Proses dan Konstruksi), Werkstoffwissenschaften- und Technologien (Ilmu Bahan Baku dan Teknologi Bahan Baku), Technischer Umwelschutz (Teknologi Perlindungan Lingkungan), Lebensmitteltechnologie und Lebensmittelchemie (Teknologi Bahan Pangan dan Bahan Pangan Kimia), dan Biotechnologie (Bioteknologi). Saya sendiri berada pada jurusan Biotechnologie.

Mahasiswa-mahasiswa dari fakultas tiga masih memiliki mata kuliah yang hampir semuanya sama di Grundstudium (dalam program Diplom, ada istilah Grundstudium untuk mata kuliah yang dasar dan Hauptstudium untuk mata kuliah pendalaman). Di semester ini kami memiliki lima mata kuliah yaitu Projektprozessingenieurwissenschaften (Proyek Insinyur Ilmu Proses), Wirtschaftswissenschaftliche Grundlage für Ingenieure (Ekonomi Dasar untuk Insinyur), Mathematik Analysis I für Ingenieure (Matematika Analisis I untuk Insinyur), Lineare Algebra für Ingenieure (Aljabar Linear untuk Insinyur) dan Allgemeine und Anorganische Chemie für Ingenieure (Kimia Dasar dan Kimia Anorganik untuk Insinyur). Hanya saja, mata-mata kuliah tersebut sedikit berat untuk kami. Mengapa berat? Dan apa saja yang dilakukan para mahasiswa fakultas tiga untuk dapat survive? Berikut penjabarannya.

1. Projektprozessingenieurwissenschaften

Mata kuliah ini dapat dikatakan paling asik. Paling santai karena kita mengerjakannya dalam satu kelompok. Mata kuliah ini menyediakan 37 proyek dari berbagai jurusan yang ada di fakultas ini untuk dikerjakan bersama-sama dalam satu kelompok. Tujuan dari mata kuliah ini adalah agar para mahasiswa mengenal dunia kerja sebagai insinyur dimana akan dipenuhi dengan pembuatan proyek dan kerja di dalam tim. Dari situ juga dinilai kemampuan kita bekerja dalam satu tim untuk membuat proyek kita berhasil, bagaimana kita mengatasi konflik dalam bekerja di satu tim, bagaimana kita membuat mindmapping serta time schedule agar proyek yang dikerjakan kita dapat selesai tepat waktu, bagaimana kita membuat laporan tertulis dengan mengambil bahan dari berbagai buku yang berkaitan dengan tema tersebut, dan bagaimana kita membuat presentasi atas proyek yang telah kita kerjakan.

Kami bebas memilih proyek mana saja, asalkan yang kami sukai. Nah, waktu itu hari Jumat. Hari itu adalah hari pertama pemilihan proyek lewat internet. Pemilihan dimulai pukul tiga sore. Saya pikir, jam tiga sore belum ada mahasiswa yang memilih proyek, sehingga saya baru membuka website pemilihan proyek pada pukul setengah empat. Ternyata oh ternyata, baru setengah jam, sudah hampir semua proyek penuh. Saya tidak kebagian tempat pada proyek untuk jurusan Bioteknologi. Secara yah, saya ini kan anak Biotek. Akhirnya saya memilih proyek Technischer Umweltschutz deh.

Intinya, di sini semua serba komputer. Serba cepat. Siapa cepat dia dapat deh. Jangan pernah punya prinsip biar lambat asal selamat. Ntar keburu ketinggalan bis.

Walaupun demikian, saya senang mendapat proyek dengan judul „Tenside und Biotenside – Herkunft, Verbleib, und Verhalten in der Umwelt“ karena ternyata tidak jauh berbeda dengan Bioteknologi. Di sini kami lebih banyak bermain dengan Surfaktan dan Biosurfaktan dan mikrobiologi. Selain itu, alhamdulillah teman-teman saya satu kelompok asik-asik dan kompak. Mereka tidak keberatan jika saya harus menunaikan shalat di ruangan kerja kami. Tempat kerja kelompok kami pun tidak jauh dari Mathe-Gebäude (Gedung dimana banyak vorlesung untuk kami diselenggarakan) jadi kami juga bisa datang ke Vorlesung atau Tutorium. Bayangkan, beberapa kelompok kebagian tempat kerja di Steglitz (daerah selatan Berlin) atau di Ackerstr. (Wedding. Deket rumah sih, tapi tetep aja terkucil).

Mata kuliah ini sudah selesai. Finally.

2. Wirtschaftswissenschaftliche Grundlage für Ingenieure

Ini dia mata kuliah yang paling saya takutkan. Ekonomi! Dari jaman SMA saya paling benci pelajaran Ekonomi. Mata kuliah ini menggabungkan BWL dan VWL (Ekonomi perusahaan dan ekonomi rakyat) untuk insinyur. Memang saya akui mata kuliah ini penting, karena insinyur juga harus bisa ekonomi. Bukannya teknik melulu. Tapi. Entah mengapa yah, saya selalu mengantuk ketika Vorlesung dan terbengong-bengong ketika Übung.

Sebentar lagi ujian mata kuliah ini. Tepatnya tanggal 15 Februari. Tapi, jika kita ingin mendapat tempat untuk mengikuti ujian, kita harus lulus dulu ujian percobaan dengan nilai minimal 80%. Sistim siapa cepat dia dapat pun bermain lagi. Kita harus lulus ujian percobaan yang dapat kita kerjakan melalui internet, namun tempatnya terbatas yaitu 300 tempat. Kalau kita tidak dapat tempat berarti kita hatus mengulang mata kuliah ini semester depan. Oh no! Oleh karena itu dua minggu terakhir ini saya mati-matian berusaha lulus di ujian percobaan. Alhamdulillah berhasil, sekarang tinggal ujian benerannya di tanggal 15 Februari. (untuk Adi: kenapa lo ngajak jalan ke Finnlandia di tanggal 15 Februari??!!)

3. Mathematik Analysis I für Ingenieure

Ini dia mata kuliah paling heboh untuk para mahasiswa fakultas tiga. Bagaimana tidak, mahasiswa-mahasiswa fakultas tiga diwajibkan mengerjakan Hausaufgabe (PR) setiap minggunya dan nilainya harus diatas 60%, kalau tidak, kami tidak bisa ikut ujian. Kayak anak SD yah harus ngerjain PR segala. Sedangkan anak-anak jurusan lain kayak teknik mesin, informatik, elektro, mereka tidak harus mengerjakan PR. Tapi saya akui, ini berguna juga. Kalau saya tidak mengerjakan PR, mungkin belajar matematika akan terlupakan sampai dekat ujian.

Tahu nggak, di antara anak-anak fakultas tiga dan fakultas delapan (anak teknik industri) sering juga bermunculan fotokopi PR dari sebuah kelompok yang sudah ngumpulin PR dan nilainya bagus. Hehehe.


4. Lineare Algebra fur Ingenieure


Sama seperti Matematika Analisis, kami juga harus mengerjakan PR di mata kuliah ini. Aljabar Linear memang terlihat mudah, namun sebenarnya sangat abstrak. Saya sempat sekali patah semangat karena tidak mengerti sama sekali sebuah bab di mata kuliah ini yang berdampak saya tidak bisa mengerjakan PR.

Selain itu, di mata kuliah ini ada PR yang harus dikerjakan dengan program Maple. Karena program ini mahal, saya harus mengerjakannya di Unix Pool (Ruang Komputer milik anak-anak jurusan Matematika). Yang seru di sini, kami semua rata-rata gaptek dengan program ini (disamping kami juga tidak mengerti apa yang diajarkan pada mata kuliah ini). Jadi, kalau di ruangan ini melihat ada sekelompok orang sedang berkumpul melihat sebuah komputer, lalu balik kembali ke tempatnya, dan berjalan kembali ke sebuah komputer itu, sambil sesekali berdiskusi dan berdebat atau berteriak „ich kann nicht mehr weiter gehen!“, itu pasti anak fakultas tiga atau fakultas delapan. Untungnya kami kompak, jadi siapa yang sudah selesai dan mengerti PR itu, biasanya dia menolong teman-temannya yang lain. Huhuhuhu.

5. Allgemeine und Anorganische Chemie für Ingenieure

Mata kuliah ini menggabungkan pelajaran dari kelas satu SMA sampai kelas tiga SMA dalam satu semester. Kebayang kan betapa cepatnya. Untungnya saya sempat membawa catatan kimia saya ketika SMA.

Secara keseluruhan saya kurang sreg dengan profesornya. Kenapa yah, saya (lagi-lagi) selalu mengantuk di Vorlesungnya. Walaupun demikian, si Profesor selalu mengadakan pertunjukan kimia yang meledak-ledak di setiap Vorlesungnya, jadi kami kembali segar lagi. Dalam satu minggu kami memiliki dua pertemuan, dan pasti selalu ada pertunjukan praktikum. Hebat yah. Padahal untuk sekali praktikum dibutuhkan dana yang lumayan besar. Tapi kalau untuk studi sepertinya mereka loyal-loyal saja deh. Syarat untuk ikut ujian di mata kuliah ini adalah dengan mengikuti praktikum di laboratorium selama satu bulan ketika liburan semester (hiks hiks hiks). Baru setelah itu ujian.

Demikianlah artikel saya kali ini tentang TU Berlin dan seluk beluk para mahasiswa di dalamnya. Secara keseluruhan, saya senang kuliah di sini. Oke, saya cukupkan cerita saya karena kini saatnya mempersiapak ujian... Ekonomi!

Saturday, January 21, 2006

Memberi

Kategori: Curhat

Saya adalah orang yang suka membuat The Best Scene of The Day. The Best Scene of The Day adalah suatu peristiwa di suatu hari yang sangat berkesan dan menyenangkan untuk dikenang. Peristiwa itu bisa menggembirakan, menyebalkan, menyedihkan, ataupun mengharukan. Intinya, peristiwa yang menjadi tema untuk saya di hari itu.

The Best Scene of The Day kali ini terjadi tepat jam tujuh sore. Kala itu saya sedang berkutat dengan soal-soal ekonomi di depan meja. Tiba-tiba muncul sebuah pesan lewat Yahoo! Messenger dari penghuni apartemen 805 dengan bunyi seperti ini:

Teman (21.01.2006 18:47:06): ass.
Teman (21.01.2006 18:47:15): ini wawan mas
Myself (21.01.2006 18:47:35): wa'alaikumsalam wr wb
Myself (21.01.2006 18:47:37): ja bitte (bahasa: ya, silahkan)
Teman (21.01.2006 18:47:49): boleh minta nasi ngga
Myself (21.01.2006 18:47:56): nasi?
Teman (21.01.2006 18:47:57): eh slh
Teman (21.01.2006 18:48:00): beras
Myself (21.01.2006 18:48:05): boleh
Myself (21.01.2006 18:48:07): datang aja,

Teman (21.01.2006 18:48:09): lp beli
Myself (21.01.2006 18:48:12): tapi timggal sedikit
Myself (21.01.2006 18:48:13): gpp kan?

Teman (21.01.2006 18:48:16): byk kontingen dtg
Myself (21.01.2006 18:48:27): wah kalau banyak kontingen gak mungkin cukup
Teman (21.01.2006 18:48:30): ajay minyta sambel
Myself (21.01.2006 18:48:30): atau mau beras?
Teman (21.01.2006 18:48:34): ngidam
Myself (21.01.2006 18:48:39): sambel apa nih?
Myself (21.01.2006 18:48:45): sambel botolan or ulek?
Teman (21.01.2006 18:49:08): sambel botol kalo ada
Myself (21.01.2006 18:49:11): ada
Myself (21.01.2006 18:49:13): datang aja

Myself (21.01.2006 18:49:27): tapi wie gesagt (colloquial speech, bahasa: jujur), nasinya tinggal dikit, blom masak, kalau mau beras boleh

Teman (21.01.2006 18:49:34): okay
Teman (21.01.2006 18:49:42): beras aja kok
Teman (21.01.2006 18:49:50): sori banget ngerepotin kata ajay
Teman (21.01.2006 18:50:03): ok siip
Teman (21.01.2006 18:50:12): pasukan siap meluncur

Beberapa saat mereka datang. Dan mengambil beras, yang ternyata juga sudah tinggal sedikit. Saya tahu mereka ada empat orang di sana. Nasi dua gelas pun sepertinya tidak akan cukup untuk mereka. Masalahnya, hari ini hari Sabtu, dan besok Minggu. Hari Minggu semua toko tutup sehingga kita tidak mungkin bisa membeli beras.

Setelah mereka kembali ke tempatnya, saya pun menulis pesan kembali lewat Yahoo! Messenger

Myself (21.01.2006 18:59:00): hari minggu gak usah masak
Myself (21.01.2006 18:59:08): makan siang bareng aja di rumah ferry

Myself (21.01.2006 18:59:11): gue yang masak

Myself (21.01.2006 18:59:19): besok gue masak cumi ama perkedel tahu

Myself (21.01.2006 18:59:22): jam 2 siang yah

Teman (21.01.2006 18:59:24): waks
Teman (21.01.2006 18:59:29): Asiiiikk
Myself (21.01.2006 18:59:30): jadi nasinya buat makan malam aja besok
Teman (21.01.2006 18:59:33): Insya allah dateng
Myself (21.01.2006 18:59:49): yuti... oki doki (colloquial speech. Bahasa: baik... ok)
Teman (21.01.2006 18:59:50): jam 2 di rmh ferry
Myself (21.01.2006 18:59:58): yap, aber ohne (Bahasa: tapi tanpa) telat yak
Teman (21.01.2006 19:00:03): ngOKeh

Tidak sampai lima menit kemudian, bel apartemen pun kembali berbunyi. Aku tidak menduga kalau yang datang salah satu dari mereka, yaitu Wawan, yang kali ini membawa semangkuk sup ayam hangat dengan penataan yang indah (lihat foto di bawah ini).




Saya (terbengong-bengong): „Apa ini?“
Wawan: „Udah, makan aja! Dari pada makan nasi goreng“
Saya (dalam hati): Wah mereka melihat menu saya hari ini (nasi goreng) yang terletak di atas kompor, dan mereka sekarang menawarkan sesuatu yang lebih spesial.
Wawan: „Yaudah yah. Dimakan loh“
Saya (dalam hati): This is the best scene of the day, saya terharu. Benar-benar terharu.

Saling memberi. Mungkin sepele, namun dapat membawa nilai rasa yang besar dalam hati dan juga dapat melunakkan hati. Salah satu fiquh dakwah pun adalah dengan saling memberi, yang dengan demikian membuat kita terasa ‚ada’ dan ‚keberadaan’ kita diperhatikan serta dihargai oleh orang lain. Jika kalian sempat membaca novel Ayat-Ayat Cinta karangan Habiburrahman El-Shirazy, ada satu peristiwa ketika Fahri memberikan hadiah ulang tahun kepada tetangganya - Madame Nahed dan Yousef, yang dengannya menjadikan hubungan antara Fahri dan keluarga Boutros semakin erat.

Memberi pun tidak harus berupa barang atau uang, bisa juga dengan senyuman atau tenaga. Sudah baca tulisan ini? Dari situ jelas terlihat, bahwa memberi benar-benar ampuh untuk melunakkan hati seseorang.

Sunday, January 01, 2006

Perjuangan Menuju Harapan

Kategori: Cerpen

Tahun 2006 adalah tahun sepak bola (world cup kali ini di Jerman, hehehe... )

By Guest-Writer

Perjuangan Menuju Harapan
Oleh: Nico Ega Nugraha


Keadaan pada sore itu biasa-biasa saja. Hanya segelintir mobil yang berlalu-lalang. Lapangan sepak bola masih sepi karena masih terlalu panas untuk digunakan bermain sepak bola. Seperti pada sore-sore sebelumnya, tampak seorang remaja sedang berlatih di sana. Namanya Agi, ia kelihatan sedang asyik berlatih dengan bolanya. Panas yang cukup menyengat pada sore itu merupakan hal yang biasa untuknya. Namun, walaupun ia selalu rutin latihan, kulit tubuhnya tetap tetap terlihat bersih. Ia tidak mengambil bimbingan belajar seperti anak-anak di usianya, meski ia kerap dinasehati oleh orangtuanya untuk mengikuti bimbingan belajar. Baginya, cukup belajar dilakukan di rumah dan di sekolah.

Ia selalu berlatih sepak bola. Selalu. Tak ada yang dapat menundanya untuk berlatih sepak bola. Bila ia pergi kemanapun, ia selalu membawa sebuah bola kaki. Baginya, bola merupakan bagian yang tidak dapat lepas dari dirinya, dan merupakan sahabat baiknya sejak saat itu.

Saat itu, ia masih berusia sembilan tahun. Ia mengenal sepak bola dari ayahnya yang gemar menyaksikan pertandingan sepak bola. Piala dunia di Amerika Serikat sedang diadakan.. Ketika itu, ia sudah memiliki tim sepak bola kesayangannya, kesebelasan Italia. Tidak pernah ia lewatkan saat tim nasional kesayangannya berlaga di atas rumput hijau. Ia menyukai gelandang penyerang atau playmaker kesebelasan Italia, Roberto Baggio, yang bernomor punggung sepuluh. Ia tidak hanya menyukai gaya rambut Baggio yang dikuncir berbuntut, tetapi juga ia menyukai sosok Baggio yang memiliki kemampuan teknis yang luar biasa didukung dengan daya intelegensi yang tinggi. Saat itulah Agi menyukai sepak bola, dan ayahnya memberikan seperangkat alat bermain sepak bola untuknya.

“Agi!” teriak seseorang memanggil namanya. Teriakan yang menahan geraknya untuk menendang si kulit bundar dalam latihannya. Ia berhenti sejenak untuk melihat siapa yang memanggilnya. Sebuah sosok datang. Aryo, sahabatnya sejak kecil.
“Aryo! Kenapa kamu datang terlambat?” sahut Agi dengan nafas yang tersengal-sengal.
“Aku baru saja mengembalikan buku yang kupinjam di perpustakaan. Sudah lama kamu latihan, Gi?” jawab Aryo.
“Lumayan. Aku sudah latihan mengontrol bola selama lima menit dan latihan menendang ke gawang selama lima menit” jelasnya.
“Kalau begitu, ayo kita mulai latihannya!”
“Ok!”

Mereka satu tim di sebuah kesebelasan remaja yang seing mengadakan latihan di Senayan. Namanya Young Guns Club, atau lebih dikenal dengan YGC. Agi dan Aryo biasa latihan di lapangan dekat rumah mereka ketika tidak ada jadwal latihan di klub. Klub mereka berlatih seminggu tiga kali. Adalah Bang Gugun, pelatih klub mereka yang merupakan mantan pemain di liga amatir Amerika Serikat.

Sementara Aryo melakukan pemanasan, Agi kembali berlatih mengontrol bola. Setelah Aryo selesai menyelesaikan pemanasannya, barulah mereka berlatih bola bersama. Mereka latihan mengoper, meyundul, merebut, dan mempertahankan bola. Mereka juga berlatih beberapa kombinasi seperti saling menyelesaikan umpan atau lainnya. Di dalam klub mereka, Agi berposisi sebagai gelandang penyerang sementara Aryo sebagai gelandang tengah. Latihan kali ini diakhiri dengan latihan fisik, peregangan otot, dan pendinginan.

Mereka bercita-cita menjadi seorang pemain sepak bola yang besar, dimana untuk menggapai cita-cita itu, mereka rela mengorbankan apa saja sambil berpikir bagaimana untuk mewujudkannya.

“Kamu sudah selesai, Aryo?” tanya Agi sambil menghabiskan sisa air mineral yang selalu dibawanya ketika latihan.
“Satu gerakan lagi... dan... ugh! sudah selesai sekarang” tukas Aryo sambil mengakhiri pendinginannya.
“Bagaimana? Kamu sudah siap menghadapi kejuaraan interkontinental yang dimulai pekan depan?” tanya Aryo.
“Ya! Aku sudah menunggu kesempatan emas ini sebagai ajang untuk melangkah ke tingkat yang lebih tinggi lagi” jawab Agi. “Kamu sendiri sudah siap, Aryo?”
“Aku sedang bersiap diri sekarang”
„Menurutmu, siapa yang harus kita waspadai dalam kompetisi itu?“
„Menurutku, Tim Top lah yang harus diwaspadai. Tim ini merupakan juara bertahan tahun lalu. Mereka sudah sangat kompak. Meski demikian mereka telah banyak kehilangan pemain-pemain andalan karena batas usia yang telah terlampaui. Walau begitu, mereka tetap saja tangguh. Mereka banyak bermain dengan umpan pendek yang dikombinasi dengan umpan panjang, ditambah dengan taktik cerdas dan kegigihan serta sikap pantang menyerah mereka“ jelas Aryo dengan mata berbinar-binar.
„Dan, siapa pemain yang paling berbahaya di antara mereka?“ tanya Agi lagi.
“Aji, pemain dengan nomor punggung tujuh itu adalah pencetak gol terbanyak pada kompetisi tahun lalu. Ia pandai dalam menempatkan diri di berbagai situasi. Ia juga lihai ketika melakukan duel di udara. Tahun ini adalah penampilannya yang terakhir untuk klubnya karena adanya batasan umur. Oleh karena itu, aku yakin ia akan tampil semaksimal mungkin untuk menghantarkan klubnya menjadi juara tahun ini. Lagi pula, kejuaraan kali ini akan lebih bergengsi karena akan disaksikan langsung oleh ketua PSSI, para wartawan olahraga, dan para pencari bakat. Pasti ia akan tampil habis-habisan” jelasnya.
“Begitu juga dengan kita!” kata Agi semangat.
“Hari sudah semakin sore. Ayo kita pulang. Kita belum shalat Ashar” kata Aryo.
“Ayo!” sahut Agi yang sama letihnya dengan Aryo, dan kemudian berjalan bersama.


Mereka berduapun mengucapkan salam perpisahan di pertigaan itu. Mereka sudah satu klub sejak kecil, mereka sudah beberapa kali menjuarai turnamen, dan tidak jarang mereka menjadi pencetak gol terbanyak. Saat ini mereka menjadi pemain utama di klubnya. Mereka selalu menjadi tumpuan klub untuk menjuarai kompetisi-kompetisi yang diikuti. Merekapun diangkat menjadi pemain kunci untuk kejuaraan interkontinental pekan depan. Walaupun begitu, tidak pernah ada sedikitpun dalam pikiran mereka rasa untuk menyombongkan diri.

Hari-hari Agi dijalani dengan berbagai latihan yang keras. Ia berusaha untuk tampil maksimal. Dengan jadwal yang padat, ia tetap tidak melalaikan tugas-tugas sekolahnya. Ia terus latihan bersama dengan Aryo agar saling mengerti dan mengenal pergerakan masing-masing.

Waktu terus berlalu, tiba saatnya untuk bertanding melawan tim yang telah lolos babak penyisihan, kecuali sang juara bertahan Top Club. Klub Young Guns juga berhasil lolos melewati babak-babak penyisihan. Agi dan Aryo mengemas gol dengan jumlah yang sama – empat gol. Kejuaraan ini dibagi dalam dua grup. Grup A berisikan juara bertahan Top Club, dan grup B berisikan Young Guns Club, Persija Junior, Blues Club, dan Fox Club.

Young Guns Club mendapat nilai maksimal pada putaran pertama dari tiga kali pertandingan dengan nilai sembilan. Selisih gol Young Guns adalah 9:1. Satu-.satunya kebobolan dialami ketika menghadapi kesebelasan Persija Junior. Mereka akan menghadapi Top Club yang juga mengantongi nilai maksimal.

Bang Gugun memberikan motivasi kepada anak didiknya yang akan menghadapi partai final tiga hari mendatang. Ia juga memberikan satu hari penuh untuk beristirahat.

“Selamat anak-anak! Permainan yang cantik! Bravo! Bravo!” puji Bang Gugun di ruang ganti pakaian atas keberhasilan mereka menembus partai final.
“Kita akan menghadapi lawan yang tangguh dan juga bisa dibilang pertandingan yang sebenarnya. Jangan terpaku dengan permainan lawan. Selalu mewaspadai lawan, dan jangan mudah terpancing emosi!” Bang Gugun memberikan wejangan dan menoleh ke Dipa, sang kapten kesebelasan kami.
„Dipa, kamu harus mewaspadai Aji, terutama ketika ia memberikan umpan-umpan lambung. Ia sangat berbahaya ketika itu“ ucap Bang Gugun memperingati Dipa.
„Kalian tidak ada latihan besok“ seketika ruangan itu terdengar sorak sorai yang riuh. „Tapi ingat, harus tetap konsentrasi!“ lanjutnya.

Pertandingan finalpun tiba. Agi sudah berkonsentrasi untuk pertandingan kali ini. Begitu ia memasuki lapangan, belum pernah ia merasakan perasaan yang sehebat ini. Ia memang sering berlatih di Stadion Senayan, namun baru kali ini ia merasakan ramai dan meriahnya sambutan penonton yang membuatnya begitu bergairah dan semangat untuk memulai pertandingan.

Pertandingan dimulai begitu wasit meniupkan peluitnya. Permainan dengan tempo tinggi dan cepat mewarnai lapangan hijau saat itu. Permainan yang keras takjarang membuat emosi kesebelasan Young Guns terpancing. Sang kapten sibuk memberi peringatan kepada anak buahnya agar tidak mudah terpancing emosi.

“Sabar! Jangan sampai terpancing emosi! Jangan sampai kalian dikeluarkan!“ teriak Dipa sesuai perintah Bang Gugun.

Kedua kesebelasan mendapat peluang emas. Aji mendapat peluang saat ia lolos dari jebakan offside dan tinggal berhadapan dengan kipper. Tetapi sayang, ia kurang bagus dalam menyelesaikan umpan sehingga tendangannya melebar. Agi juga mendapat peluang ketika ia dengan individual tekniknya berhasil melewai satu demi satu pemain lawan dan menembakkan si kulit bundar ke gawang lawan. Namun sayang, tendangannya membentur mistar gawang dan terpental keluar lapangan.

Pada menit ke-42, suatu serangan dilancarkan melalui sayap kanan yang sangat cepat, kemudian dari sayap kiri pemain tim Top melepaskan umpan tarik yang akurat. Pemain belakang Young Guns yang dikoordinir Dipa gagal menghalau umpan tersebut. Sehingga Aji menyelesaikan umpan tarik itu dengan sebuah tandukan yang indah. Babak pertama akhirnya berakhir dengan kedudukan 1-0 untuk tim Top.

Babak kedua berlangsung menarik. Tim Top yang sudah unggul terlebih dahulu bermain keras, sehingga terjadi hujan kartu kuning di lapangan itu. Pada menit ke-65, Agi yang mendapat umpan dari sayap menyusup dengan cepat dengan kemampuannya menggiring bolanya. Ia berhasil melewati beberapa pemain tim Top. Ketika sudah berada di dekat pinalti lawan, ia diganjar dengan keras dari belakang. Wasit terpaksa mengeluarkan kartu kuning yang kedua untuk orang itu, dan terpaksa mengeluarkannya dari pertandingan. Tendangan bebas diambil Agi sendiri. Ia melepaskan tendangan melengkung melewati pagar betis, dan meluncur dengan cepat menuju gawang, lalu membentur mistar gawang sebelah kiri dan memantul masuk ke gawang. Kedudukan imbang. Para pemain Young Guns menjadi semakin bersemangat dengan lahirnya gol tersebut.

Selanjutnya pertandingan lebih banyak dikuasai oleh Young Guns. Pertandingan dengan waktu 90 menit berakhir dengan kedudukan 1-1, sehingga pertandingan harus dilakukan dengan perpanjangan waktu.

Pada waktu istirahat, Agi merasakan rasa sakit yang luar biasa akibat kejadian pada menit ke-65. Ia meringis. Bang Gugun mendengar lirihan Agi.

“Kenapa kamu, Gi?” Tanya Bang Gugun.
“Biasa bang, sakit sedikit” ujarnya.
“Apakah kamu bisa melanjutkan pertandingan?“ tanyanya lagi.
“Insya Allah, Bang. Saya akan berusaha semaksimal mungkin”
“Kalau kamu sudah nggak sanggup, bilang abang ya!”
“Baik bang!”

Pertandingan dilanjutkan. Tim Young Guns langsung mengambil inisiatif untuk menyerang secara terbuka. Pada menit ke-101 Agi menggiring bola sampai pada daerah pertahanan lawan, lalu ia mengumpan bola ke sayap kiri yang dijaga oleh Aryo. Lalu Agi segera mencari posisi pada daerah pertahanan lawan. Setelah umpan lambung dari Aryo yang terukur ke daerah pinalti lawan, Agi menyelesaikannya dengan sebuah gol emas dan gol penentu kemenangan timnya. Dengan gol tersebut, Agi diarak oleh pemain Young Guns, dan dinobatkan sebagai pencetak gol terbanyak dan pemain terbaik. Ia lalu dilirik oleh F. Rijjckaard, seorang pencari bakat dari klub Ajax di Belanda. Ia lalu memutuskan untuk bergabung dengan klub Ajax, meskipun ia harus meninggalkan semua yang dicintainya dan kenangan indahnya, demi menggapai impiannya menjadi pemain besar di masanya, walaupun harus melalui pengorbanan.

Epilog

“Selamat, Gi! Kamu bisa mewujudkan impian kamu” kata Aryo, sahabatnya, sambil menatap wajah Agi lekat-lekat. Ada seulas kenangan di sana.
“Terimakasih, Yo. Aku akan berangkat sekarang. Kamu harus berjanji untuk meraih juga impian kamu. Impian kita dulu” ujar Agi.
Agi dan Aryo larut dalam peluk dan tangis, sesaat sebelum pesawat yang ditumpangi Agi meninggalkan landasan di bandar udara Soekarno-Hatta.


Bekasi 2001
Edited by MS