Thursday, October 27, 2005

Obrolan Teguh-Ratna 2

Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam kemuliaan (Lailatul Qadar). Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?. Malam kemuliaan itu lebih baik dari pada seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar. (QS Al Qadr:1-5)





Dari mana, Guh? Kok jam segini baru pulang?

Dari masjid baru selesai shalat tarawih. Nah situ ngapain? malam ini kok nggak ikutan tarawih?

Lagi dapet, Guh. Guh, malam ini langit terang banget yah. Lihat deh, bintang-bintang terlihat jelas sedang berkilau-kilau.

Iya. Hampir tidak ada awan di langit. Udara juga sejuk yah.

Hati gue kok rasanya lapang banget, Guh. Rasanya semua yang gue lihat dan gue temui indah banget.

Hati gue juga hari ini lebih sensitif. Entah kenapa, tadi ketika shalat tarawih air mata gue meleleh. Tiba-tiba gue mengingat dosa-dosa dan kemaksiatan gue. Barusan sebelum keluar dari masjid, gue juga menangis ketika membaca Al-Qur'an. Hati ini tidak seperti biasanya.

Sayang, Guh. Gue sedang tidak bisa shalat malam ini. Kenapa yah, gue juga pengeeen banget shalat, terus bersimpuh, dan mengadukan semua gundah gulana gue dalam doa-doa gue.

Apa mungkin malam ini malam Lailatul Qadar, Rat? Malam ketika Al Qur'an diturunkan. Malam yang diimpi-impikan oleh seluruh umat Islam di dunia. Malam yang lebih baik dari seribu bulan, yang berarti lebih baik dari kurang lebih 83 tahun.

Subhanallah, Allah Mahapemurah yah. Allah memberikan kita sebuah malam yang sangat istimewa. Aduh Guh, kok mata gue jadi basah gini...?

Ya Allah, sungguh aku ingin bertemu pada malam Qadar-Mu. Sungguh aku ingin. Aku ingin kembali dekat denganMu setelah sekian lama setan menggerogoti hatiku dalam kemaksiatan.

Friday, October 07, 2005

Die Liebe und Der Herbst

A Mushab Syuhada's

Es war im Herbst. Die Leute bekleideten sich, als ob sie schon im Winter wären. Du hast gesagt, dass mein Gesicht in diesem Herbst langsam gelb geworden war, wie die Blätter, die immer herunterfallen und die Straßen schmutzen.
„Aber nicht mein Geist, war?“ sagte ich.
Sie lächelte, „Nein, dein Geist wird niemals unterfallen“
„Doch, kann sein“ sagte ich wieder. Sie gückte mich an, und sah so aus, dass sie mein letztes Wort nicht kappierte. „Wenn ich in Liebe wäre?“
Dann Liebe ist wie Herbst. Sie kommt und beeinflusst, damit die Wärme in die Kälte umwechselt, damit die Blätter gelb geworden sein, dann keine Kräfte mehr haben.

Saturday, October 01, 2005

Senangnya!!

Senangnya!! gimana gak senang, kalau Ramadhan sudah ada di depan mata kita!! Bulan yang kita tunggu-tunggu sebentar lagi datang, di mana aliran nafas kita adalah tasbih, di mana tidur kita ibadah, di mana amal-amal kita akan dilipatgandakan, di mana rahmat Allah tersebar di mana-mana!!

Sebelum melangkah ke bulan yang kita rindu-rindukan ini, Dimas mau mengucapkan mohon maaf lahir bathin atas semua kesalahan yang dilakukan baik sengaja maupun tidak sengaja, baik sadar maupun tidak sadar, baik diniatkan maupun tidak diniatkan! Semoga Ramadhan kali ini akan menjadi ladang yang subur untuk kita dalam meraup pahala Allah sebanyak-banyaknya, dan menjadikan kita sebagai insan yang tak bernoda di hari kemenangan nanti!

Selamat berpuasa yah!