Doa saya pun dijawab oleh Allah, begitu banyak kesempatan, peluang dan
pembelajaran saya dapatkan selama saya tumbuh dan berkembang di negeri Jerman.
Saya bentuk pribadi dan karakter, kapasitas dan integritas, saya genggam hidup
saya dalam kepalan saya sendiri, saya atur kemana saya akan membawanya.
Pertarungan di tanah yang baru tidaklah mudah. Saya paham bahwa di tanah ini
musuh terbesar saya adalah diri saya sendiri. Jatuh bangun saya berusaha untuk
menaklukan diri saya. Amanah menuntut ilmu juga nyatanya tidak semudah yang
saya bayangkan. Tidak bisa mengandalkan prestasi di masa sekolah untuk
berprestasi di tahapan ini. Tapi saya belajar. Belajar dan belajar. Belajar
dari orang-orang di sekitar saya. Belajar dari lingkungan dan komunitas saya.
Belajar dari peraduan dua budaya yang semakin melekat dalam diri saya. Sadar
atau tidak, fase hidup saya sudah berubah, dan banyak cerita saya alami di
dalamnya. Kegagalan, kesuksesan, kemelaratan, kesejahteraan, atau bahkan
kehilangan ketika papa dipanggil oleh Allah. Cinta dan persahabatan, ujian dan
tantangan, tanggung jawab dan kemandirian, semua adalah elemen-elemen yang
menggerakkan saya menuju usia saya yang sekarang.
Dan saat ini, tanggal 31 Januari, 10 tahun setelahnya, saya mengalami deja
vu atas apa yang terjadi 10 tahun yang lalu. Saat ini usia saya telah menginjak
27 tahun. Amanah menuntut ilmu telah selesai saya tunaikan, dan beberapa saat
yang lalu saya telah memulai sebuah keputusan yang besar dalam sejarah hidup saya.
10 tahun yang lalu, tanggal 1 Februari 2004, saya membuka lembaran hidup saya
yang baru. Dan 10 tahun setelahnya, 1 Februari 2014, saya akan kembali membuka
lembaran hidup saya yang terbaru, sebagai seorang suami, ayah dan kepala
keluarga. Kini Dimas bukan lagi seorang pribadi yang “satu” melainkan “dua
dalam satu”. Dengan mengucap bismillah, saya mantapkan hati dan niat saya
menjalani takdir Allah ini. Ikhtiar saya menjemput apa yang telah kering
tergores di kitab langit – yang jauh sebelum saya diciptakan telah tertera
lakon apa yang harus saya jalani, skenario yang mana dan kapan waktunya. Dengan
mengucap bismillah, saya akan lafadzkan ijab qabul, untuk memperistri seorang
pilihan: Nurry Maulida Raraswati.
Tangerang, 31 Januari 2014.
No comments:
Post a Comment